Gereja Bethel, Wastukencana, Kota Bandung

Berada di seberang Balaikota Bandung, Gereja Bethel tergolong gereja tua. Gereja ini dihadirkan untuk mengakomodasi kebutuhan ibadah orang Belanda dan Eropa yang mulai membanjiri Bandung pada 1893. Maka, pada 1897, lembaga pekabaran Injil Nederlandsche Zendings Vereeniging (NZV) pun membangun gereja sederhana. Pada 1916, NZV memutuskan untuk membangun gereja yang lebih serius. Setelah lama mengumpulkan dana, gereja baru bisa mulai dibangun mulai Juli 1924 dan diresmikan Maret 1925. De Nieuwe Kerk, namanya. Dan akhirnya, pada 1964, namanya diindonesiakan menjadi Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Bethel, atau bisa dikenal dengan sebutan singkat Gereja Bethel.

Berada di kawasan Taman Balai Kota yang asri, Gereja Bethel dibangun di atas lahan seluas 3.378 meter persegi. Halamannya masih tersisa luas karena bangunan gereja yang bisa menampung 500 jemaah hanya berukuran 432 meter persegi. Dinding gereja dibuat tebal: 45-60 cm. Selain untuk memperkokoh bangunan, juga untuk mengurangi terpaan hawa dingin Bandung tempo dulu. Di sisi depan bangunan gereja juga terdapat menara setinggi 16, 9 meter. Detail lebih lengkap tentang sosok fisik Gereja Bethel bisa disimak pada skripsi Albertus Napitupulu, alumni Jurusan Arkeologi, Universitas Indonesia.

Meski gerejanya sudah lama ada, Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) baru hadir sebagai organisasi keagamaan pada 31 Oktober 1948. Ketika itu namanya masih berbahasa Belanda: De Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie. Dan seperti sudah disinggung tadi, di era Indonesia merdeka, namanya ikut diindonesiakan menjadi Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat. Sebutan 'di Indonesia Bagian Barat' dipakai sebagai konsekuensi dari kehadiran para pendahulunya yang ada di Indonesia Bagian Timur. GPIB menjadi bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) yang ke-4 setelah Gereja Masehi Injili Minahasa (1934), Gereja Protestan Maluku (1935), dan Gereja Masehi Injili Timor (1947). Sekarang, berbagai GPIB pun sudah hadir dengan wilayah lebih spesifik, dan nama lebih spesifik, di Indonesia Barat maupun di Indonesia Timur.