Pracetak Buntu, Ditjen Bina Marga PU, Kabupaten Banyumas

Dulu sekali, di awal 1980-an, ketika Jakarta mulai membangun jalan tol layang Cawang-Tanjung Priuk, ada dua nama yang menjadi primadona. Yang satu adalah Ir Tjokorda Raka Sukowati, penemu sistem landasan putar Sosrobahu, yang dipakai untuk membuat lengan atau sayap putar penyangga jalan tol. Nama yang kedua adalah Pracetak Buntu. Yang satu ini merujuk kepada 'Kegiatan Pengadaan Komponen Jembatan Pracetak Buntu', unit kerja di bawah naungan Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Unit kerja inilah yang dulu memproduksi ribuan gelagar atau batangan panjang beton (pra-tekan dan pra-cetak) yang bertengger di atas-- dan menghubungkan satu demi satu --lengan Sosrobahu dari Cawang sampai Tanjung Priuk.

Sampai sekarang, unit kerja Pracetak Buntu --nama singkat bagi unit kerja Ditjen Bina Marga tadi-- masih eksis. Label Pracetak Buntu pun masih banyak kita temui di gelagar beton yang banyak dipakai di berbagai jembatan yang berukuran panjang. Dulu, konon, hanya Pracetak Buntu yang mau repot-repot memproduksi gelagar beton pra-tekan sekaligus pra-cetak (bukan pra-cetak saja). Di tahun 80-an, gelagar beton yang diproduksinya berukuran panjang 30 dan 35 meter. Selain membuat beton pra-tekan dan pra-cetak untuk gelagar, Pracetak Buntu juga membuat peton yang cuma pra-cetak saja, semisal beton untuk tiang pancang, deck slaab, gorong-gorong, serta tetrapod tanggul laut.

Adapun sebutan 'Buntu' tak lain adalah nama kampung atau dusun tempatnya berada di Desa Kebarongan, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Tak jauh dari pabrik beton Pracetak Buntu pun, di sebelah barat, terdapat Simpang Buntu, nama persimpangan yang menjadi 'titik belok resmi' menuju ke kota Banyumas (ibu kota Kabupaten Banyumas), di jalur lintas Selatan Jawa Tengah.