//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

PT Van Aroma, Gunung Putri, Kabupaten Bogor

Sabtu, 28 Agustus 2021 18:48:57
photo: pt van aroma / google sv

Ada nilam. Ada UU Cipta Kerja. Apa hubungannya? Kalau mau utak-atik gathuk, ya pasti ada saja hubungannya. Dan tak kepalang tanggung, korelasi keduanya merupakan proyek besar Bappenas dan Kementerian Koperasi dan UKM. Namanya Major Project (MP) Pengelolaan Terpadu UMKM. MP yang satu ini adalah 1 dari 13 MP prioritas dari total 45 MP yang masuk dalam RKP 2022. Apa pula itu RKP? Simpel saja. Rencana Kerja Pemerintah. Lebih tepatnya RKP Presiden Jokowi dan kabinetnya. Puluhan MP dan RKP 2022 hadir dalam rangka mengmplementasikan UU Cipta Kerja.

Lewat Major Project Pengelolaan Terpadu UMKM, Bappenas dan Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan 5 daerah yang jadi pusat pengembangan komoditas pertanian dengan pengelolaan secara terpadu. Aceh jadi sentra komoditas nilam. Kaltim jadi sentra komoditas biofarmaka. Jawa Tengah jadi sentra pengembangan rotan. NTT jadi daerah pengembangan sapi. Dan Sulawesi Utara ditetapkan jadi daerah pengembangan tanaman kelapa. Semua ini diceritakan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Aceh Ir Helvizar Ibrahim MSi, Rabu lalu, 25 Agustus 2021.

Kata Helvizar, pengembangan tanaman nilam di Aceh saat ini tersebar di 10 kabupaten, dari total 23 kabupaten dan kota. Luas area pengembangan mencapai hampir 1.100 hektar. Dua kabupaten terluas adalah Aceh Selatan (326 hektar) dan Aceh Tenggara (210 hektar). Dua yang terkecil adalah Bireuen (14 hektar) dan Aceh Utara (6 hektar). Soal harga, yang selalu bikin orang terpesona, minyak nilam di Aceh berkisar antara Rp 600 sampai 650 ribu per kilogram. Berapa banyak minyak nilam produksi Aceh? Banyak. 10 kabupaten tadi, kata Kabid Perkebunan Aceh Eddy Noer, rata-rata menghasilkan 225 ton minyak nilam per tahun. Silakan hitung sendiri berapa pendapatan totalnya.

Lantas, apa hubungannya nilam Aceh dengan perusahaan yang satu ini, PT Van Aroma. Hubungan yang pasti sih tidak diketahui, walau di websitenya bertebaran banyak kata Aceh sebagai daerah penghasil bahan baku produksi bisnisnya. Sesuai namanya, PT Van Aroma adalah perusahaan yang menerjuni bisnis perasa dan pengharum (flavor dan fragrance), minyak atsiri, kimia aroma (bukan kimia aromatik), dan juga ekstrak aneka rempah-rempah.

PT Van Aroma juga tak punya kantor di Aceh. Tapi punya kantor dan pabrik di Medan, kota yang biasa jadi pintu keluar poduk apapun dari Aceh. Juga berkantor dan pabrik di Padang, kota yang jadi tempat kelahiran perusahaan ini pada 2006. Sejak lahir, perusahaan ini sudah menekuni minyak nilam sebagai hasil dari penyulingan daun nilam kering. Satu lagi produk garapan di masa awal adalah biji pala, yang juga didestilasi atau disuling menjadi minyak pala. Bahan baku nilam diperoleh dari banyak petani, termasuk dari para petani di Kabupaten Solok.

Terus berkembang, dan juga terus menambah tanaman yang diekstrak (sereh, akar wangi, dll) dari Jawa dan Sulawesi, perusahaan ini akhirnya membangun pabrik dan kantor baru di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, di Jalan Raya Mercedes Benz, alias tak jauh dari pabrik truk dan bus Mercy. Sekarang pabrik dan kantor yang satu ini, seperti yang terlihat di foto atas, menjadi kantor pusat PT Van Aroma. Lokasinya bertetanggaan dengan pabrik air mineral cap Aqua. Setelah di Bogor, fasilitas produksi ditambah lagi dengan pabrik di Medan, Makasar, Kolaka (ibukota Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara), dan Ampana (ibukota Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah).

Adapun daftar tanaman atau rempah yang diolah PT Van Aroma sudah bertambah amat banyak: nilam, cengkeh, serai wangi, pala, kayu manis, keruing, jeruk purut, akar wangi (vetiver), kenanga, massoia, kayu putih, merica, kemenyan, kemukus, kopi arabika, kopi robusta, sereh, palmarosa, jahe, kunyit, lajagoa, lengkuas, sirih, gaharu, tembako, asem Jawa.

Peta & Citra Satelit

Pabrik Minyak Atsiri Gunung Putri

PT Van Aroma

Jl. Mercedes Benz No. 16
Kelurahan Cicadas
Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor
Jawa Barat

Tel : 021-8677003
Fax: 021-8677002

Website: www.vanaroma.com

Seberapa Seksi Bisnis Minyak Nilam?

Harga air putih lebih mahal dari bensin. Ini canda yang sudah umum buat air mineral. Bagaimana dengan minyak nilam, yang harganya tak mau kalah bersaing dengan harga emas? Harganya naik turun dari 400 ribu, jadi 600 ribu, 750 ribu, dan kadang melejit sampai satu juta rupiah. Tapi kadang turun drastis. Peminatnya --petani-- tentu banyak. Aceh yang diceritakan di awal bisa jadi contoh. Cerita dari daerah lain tentu banyak juga. Termasuk berbagai cerita dan berita dari kota-kota tempat PT Van Aroma menghadirkan pabriknya.

PT Van Aroma pun menyokong kiprah para petani nilam. Perusahaan ini sudah menghadirkan Nilampedia, Pages dan Group di Facebook yang juga bisa diakses lewat domain Nilampedia.com. Nilampedia, plus akun Youtube-nya, disebut sebagai e-learning platform bagi para petani pachouli, alias petani nilam. Patchouli atau minyak patcholi merupakan sebutan intenasional bagi minyak nilam. Adapun nama ilmiahnya dalam bahasa latin adalah Pogostemon Cablin Benth.

So, seberapa seksi bisnis tananam nilam dan minyak nilam? Nilam, untuk gampangnya, disebut nilam saja, atau tanaman nilam. Sebagai tanaman, ia tergolong tanaman semak-semak, yang tingginya jarang melebihi 1 meter. Kalau mau cari bibitnya, pelapak di Bukalapak dan sebangsanya banyak yang menjual. Harganya sekitar Rp 20 ribu per bibit atau per pot atau per satu tanaman. Itu tentu kalau mau iseng menanam di dalam pot atau di pekarangan. Kalau mau serius tentu harus seperti para petani di Aceh yang menamam sampai seribu hektar lebih.

Berapa banyak nilam, atau tepatnya daun kerim nilam, yang harus disediakan untuk menghasilkan 1 kg minyak nilam? Ukuran jual minyak nilam, entah mengapa, memang pakai kilogram. Bukan liter. Soal seberapa banyak daun yang diperlukan, kurang lebih sama dengan usaha lain yang menyuling daun menjadi minyak, semisal cengkeh. Kalau untuk skala laboratorium, atau kecil-kecilan, 4 kilogram daun nilam kering (plus ranting) disuling menjadi... ehm... 133,5 gram minyak nilam. Sedikit? Begitulah yang namanya menyuling. Dan untuk mendapat hasil seperti itu perlu mengukusnya dengan air 130 liter selama 3 jam 15 menit.

Kalau dalam skala agak besar, seperti di Boyolali, Jawa Timur, 100 kg daun nilam kering bisa disuling menjadi 2-3 kg minyak nilam. Berapa harga 1 kg nilam kering? Rp 4.000. Berapa harga jual minyak nilam? Saat Kompas menulis hal tadi, harganya Rp 700 ribu per kg. Jadi, kalau mau dihitung kasar, dengan modal Rp 400 ribu, bisa menghasilkan duit dari minyak nilam senilai Rp 2 juta lebih. Tapi tentu saja modalnya harus ditambahi lagi dengan hitungan biaya peralatan, air, minyak, tenaga kerga, dan sebagainya. Di Boyolali, selain nilam, petani juga biasa menyuling daun kenanga menjadi minyak kenanga.

Bagaimana kalau jadi penghasil daun nilam saja, kering ataupun basah, dan tak usah jadi penghasil minyak nilam? Ya, monggo. Kontan pernah menulis peluang bisnis semacam ini pada 2016, dengan mengisahkan pengalaman Budi Handoyo, yang bertanam nilam di Cianjur, Jawa Barat. Kata Budi, bertanam nilam idealnya punya lahan 3 hektar. Ia sendiri kebetulan menyiapkan lahan 4,5 hektar. Per hektar ditanami 15 ribu bibit. Harga bibit, per stek, Rp 1.500.

Sekali panen, Budi bisa menghasilkan 67,5 ton daun nilam basah. Kalau dikeringkan beratnya tinggal sekitar 20,25 ton, atau susut 70 persen. Daun nilam kering dijual dengan harga Rp 10 sampai Rp 15 ribu per kilogram. Batang nilam pun juga laku dijual dengan harga Rp 7 ribu sampai Rp 10 ribu per kilogram. Oleh para pembeli, yang datang dari Jawa Timur, Bengkulu, Jawa Tengah, dan Sulawesi, daun nilam keringnya disuling menjadi minyak nilam, yang saat itu harganya antara Rp 700 sampai Rp 800 ribu. So, berapa pendapatan Budi Handoyo? Silakan dihitung.