//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

Bandara Silangit, Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara

Rabu, 25 Maret 2015 05:36:36
photo: hnggle / panoramio

Presiden SBY dulu sering ke Sumatera Utara. Tiga kali di antaranya, dia datang lewat Bandara Silangit, yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara, di sebelah selatan Danau Toba. Dan tiap kali mendarat di bandar udara warisan Jepang ini, SBY selalu melihat adanya peningkatan. Tapi ia belum puas. Karenanya, pada kedatangannya yang ke-tiga, Januari 2011, saat hendak meresmikan PLTA Asahan I di kabupaten tetangga, Kabupaten Toba Samosir, ia kembali minta agar infrastruktur bandara ditingkatkan. Kedatangannya yang ke-tiga itu sebenarnya juga untuk menandai peresmian penggunaan landas pacu baru Bandara Silangit, yang saat itu sudah menjadi 2.400 meter dan bisa didarati pesawat Boeing 737 yang membawa rombongan presiden.

Permintaan SBY tadi terkabul. Dikabulkan oleh kabinetnya sendiri. Pada 11 Januari 2013, Menteri BUMN Dahlan Iskan datang ke sana untuk menyaksikan serah terima pengelolaan dan pengoperasian Bandara Silangit dari Kementerian Perhubungan kepada PT Angkasa Pura II. Dengan kata lain, sejak 11 Januari 2013 itu, Bandara SIlangit secara resmi berubah status menjadi bandara komersial. Dan selanjutnya, menjadi tanggung jawab BUMN kebandaraan itulah segala upaya pengembangan Bandara Silangit dilimpahkan.

Secara komersial, diakui Dahlan, Bandara Silangit hanya akan jadi beban dan belum mendatangkan keuntungan bagi PT Angkasa Pura II selama 3-5 tahun sejak serah terima itu. Tapi ia yakin perusahaan pelat merah yang saat itu punya laba Rp 1,2 triliun bisa mengatasinya. Dan bagi pemerintah sendiri, langkah ini dipandang tepat dalam rangka memajukan Tapanuli Utara. Di mata pemerintah pusat, pertumbuhan ekonomi Tapanuli Utara terbilang lambat, dan disejumlah daerah malah cenderung menurun. Karenanya, lewat pengembangan Bandara Silangit, pemerintah ingin mengembangkan industri pariwisata, terutama terkait dengan keberadaan Danau Toba. Pengembangan pariwisata ini pun dinilai lebih baik ketimbang membangun pabrik di Tapanuli Utara.

Kementerian Perhubungan sendiri mengaku legowo dengan serah-terima itu. Alasannya, kalau terus dipegang Kemenhub, pengembangan bandara akan lamban karena dananya bergantung APBN. Soal potensi bisnisnya, juga dirasa baik. Jumlah penumpang naik terus. Pada 2010, melayani sekitar 3500 orang. Pada 2011 melonjak jadi 6 ribu orang. Setahun kemudian 7 ribu orang. Dan saat serah terima itu, dalam seminggu ada 13 penerbangan. Sekarang berapa banyak penumpang yang dilayani? Ternyata meningkat terus. Februari 2014, Dirut Angkasa Pura II Tri S Sunoko bilang bahwa Bandara Silangit sudah melayani 13 ribu penumpang per tahun. Padahal kapasitas bandara hanya 10 ribu penumpang per tahun.

Setelah diserahterimakan, Bandara Silangit ditargetkan jadi bandara internasional. Tapi dalam konteks yang berbeda dengan ke-internasional-an Bandara Kualanamu, dan takkan saling berebut pasar. ''Kualanamu itu untuk hubungan internasional. Kalau Bandara Silangit ini lebih untuk menunjang wisata Danau Toba, bisnis pertambangan dan pertanian,'' kata Dirut Tri S Sunoko. Dan seperti yang sejak awal dicanangkan, ia berharap proyek pengembangan Bandara Silangit bisa rampung akhir 2014 dan bisa go internasional pada 2015.

Sekarang sudah 2015. Angkasa Pura sudah menjadikannya bandara internasional? Yang pasti, Angkasa Pura sudah membuat website www.silangit-airport.co.id , meski masih ala kadarnya. Dan yang pasti juga, SBY dan Dahlan Iskan sudah tidak lagi di kabinet.

Peta & Citra Satelit

Bandara Tapanuli Utara

Bandara Silangit
Jl. Simpang Muara No. 1
Desa Silangit
Kecamatan Siborong-Borong
Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara



Tel: 0633-41921
Fax: 0633-41920

Website: www.silangit-airport.co.id


Pengelola: PT Angkasa Pura II - www.angkasapura2.co.id

Roadmap Bandara Silangit

Mengikuti progres suatu proyek di Indonesia itu asyik. Terlebih kalau menyangkut angka-angka duitnya. Tak terkecuali proyek pengembangan Bandara Silangit. Saat serah-terima bandara pada 11 Januari 2013, Dirut PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko bilang sudah memasukkan pengembangan Bandara Silangit sebagai salah satu program kerja perusahaan selama tiga tahun mendatang, dan untuk itu sudah disiapkan anggaran sebesar Rp 50 milyar. Beberapa minggu kemudian, 21 Januari 2013, dalam rapat dengar pendapat dengan DPR-RI, nilai anggarannya sudah berubah menjadi Rp 143 miliar.

Setahun berlalu, angka yang dibicarakan sudah berubah lagi dan jadi semakin besar. Pada 10 Februari 2014, Dirut Tri S Sunoko mengungkap angka baru: Rp 200 miliar. Dan yang lebih menakjubkan lagi, pada 6 Agustus 2014, saat sosialisasi masalah pembebasan lahan untuk pengembangan bandara, Direktur Keuangan Laurencius Manurung bilang, PT Anggasa Pura II siap menggelontorkan Rp 400 miliar untuk mewujudkan mimpi mengubah Bandara Silangit menjadi bandara wisata internasional terbesar kedua di Indonesia, setelah Bandara Ngurah Rai di Bali. Lantas, proyeknya sendiri sudah sampai di mana? Laurencius bilang, proyek akan dimulai pada bulan September atau Oktober 2014. Landasan pacu akan diperpanjang dari 2.400 meter menjadi 2.700 meter, lebarnya dari 30 meter menjadi 45 meter.

Sosialisasi masalah pembebasan lahan untuk bandara memang perlu dilakukan karena hal tersebut memang jadi salah satu kendala. Saat itu, Bandara Silangit baru punya lahan sekitar 80 hektar. Adapun yang dibutuhkan antara 200-400 hektar. Hingga Agustus 2014 itu, sudah ada 40 hektar lahan milik masyarakat yang sudah setuju untuk dibebaskan. Dahlan Iskan pun harus ikut membereskan masalah tanah ini, dengan mengundang 2 bupati yang lahan di wilayahnya terkena proyek bandara.

Jadi, sekali lagi, sudah sampai di mana progres Bandara Silangit? Kita tunggu saja kabar selanjutnya. Yang pasti, yang kelak akan bicara bukan para direktur PT Angkasa Pura II yang nama-namanya sudah disebut tadi. Januari 2015 lalu terjadi 'bedol desa' di PT Angkasa Pura II. Menteri BUMN yang baru, Rini Mariani Soemarno, mengganti seluruh direksi PT Angkasa Pura II.