Hotel Salak - The Heritage

Bukan cuma Masjid Atta'awun saja yang jadi aset milik Pemprov Jawa Barat di Bogor. Hotel Salak The Heritage, hotel bintang 4 di depan Istana Bogor, juga milik pemprov Jabar. Hotel yang di-kso-kan ke PT Anugrah Jaya Agung hingga 2018 ini merupakan hotel warisan zaman Belanda. Dibangun pada 1859, Hotel Salak dulunya bernama Bellevue Dibbets Hotel.

Pernah jadi kantor Kempetai, polisi militer Jepang, pada 1948 hotel ini difungsikan kembali sebagai hotel dan namanya diubah jadi Hotel Salak. Pada 1991, hotel ini ditutup, dan ternyata cukup lama, dan akhirnya buka kembali pada 1998. Pada 1991 itu pula PT Anugrah Jaya Agung mendapat persetujuan kerjasama operasi (KSO). Dan tak lama setelah buka, dan agar lebih bercita internasional, nama hotel dengan 32 kamar ini pun dipercantik jadi 'Salak The Heritage'.

Sambil beroperasi, hotel di samping kantor Walikota Bogor ini terus dikembangkan. Pada 1999, kamarnya bertambah 40 lagi. Tahun berikutnya, Februari 2000, selesai 24 kamar lagi. Dan akhirnya, pada pertengahan 2000, proyek pengembangan selesai, dan Hotel Salak akhirnya punya total 120 kamar, sampai sekarang. Adapun area atau lahannya tetap: 8.227 meter persegi.

Bos Hotel Salak, Rafian Joni, pernah memaparkan bahwa sejak buka pada 1998 hingga 2004, Salak The Heritage masih merugi. Kerugian akumulatifnya mencapai Rp 1,7 miliar. Disebutkan pula kalau KSO-nya akan berakhir pada 24 Juli 2018.

Sekarang mungkin sudah bagus. Setidaknya hal ini terbaca dari profil Rafian Joni sebagai direktur PT Liza Herbal Internasional. Alumnus MM Agrobinis IPB ini dikisahkan berpengalaman membawa hotel bintang 4 di Bogor itu dari saat awal beroperasi, ketika pendapatannya baru Rp 80 juta per bulan, hingga akhirnya mencapai Rp 2,5 Milyar per bulan pada 2006.