Kedutaan Besar Perancis, MH Thamrin, Jakarta Pusat

Akhir Maret 2017 lalu, Presiden Perancis Francois Hollande melawat ke Indonesia. Bersama Presiden Jokowi, Holande pun menyaksikan penandatanganan sederet kesepakatan investasi dan kerjasama bilateral. Termasuk di antaranya kesepakatan pembangunan Sirkuit Jalan Raya (street race circuit) Mandalika, antara Vinci Construction Grands Projets dengan PT Pembangunan Pariwisata Indonesia (persero). Seperti bisa ditebak dari namanya, perusahaan asal Perancis ini adalah perusahaan konstruksi. Pernah berkiprah di Indonesia? Pernah. Di websitenya, Vinci Construction Grands Projets bercerita soal dirinya yang kembali ke Indonesia pada 2012 untuk membangun gedung baru Kedutaan Perancis di Jakarta, setelah sepuluh tahun sebelumnya menuntaskan pembangunan Hotel Meridien.

Gedung baru Kedutaan Perancis dibangun di lokasi yang sejak 1975 sudah ditempatinya di Jalan MH Thamrin No 20, Jakarta Pusat, di sebelah gedung Sarinah. Gedung lama dikosongkan mulai Januari 2012 dan aktivitas kedutaan pindah sementara ke gedung yang tak terlalu jauh dari gedung lama: Menara BCA, Jalan MH Thamrin No 1, di kawasan Bundaran HI. Sesuai rencana, gedung baru selesai pada Oktober 2014. Bulan depannya, November 2014, Kedutaan Besar Perancis akhirnya bisa menempati gedung barunya yang serba kotak. Kontraktonya, seperti sudah disinggung di awal, adalah Vinci Construction Grands Projets. Nama perusahaannya memang menggunakan istilah 'Projets', bahasa Perancis untuk kata 'projects'.

Vinci Construction Grands Projets hanya menjadi kontraktor bangunan saja. Ia menghabiskan 297 tiang pancang dan 5.200 meter kubik (m3) beton untuk membangun gedung Kedubes Perancis. Adapun yang jadi arsitek 'gedung hijau' itu adalah Guillaume Segond dan Claude Guyon, dari biro arsitektur Segond-Guyon Architectes. Perusahaan ini bermitra dengan biro arsitektur lokal Atelier 6 International. Dibangun di atas lahan seluas 7.400 meter persegi, kompleks perkantoran yang disebut sebagai 'kampus diplomatik' ini terdiri dari dua bangunan: yang satu gedung kedutaan, yang satu lagi gedung Institut Perancis Indonesia, atau Institut Francis Indonesia (IFI). Lembaga terakhir ini merupakan penggabungan dari Bagian Kerjasama dan Kebudayaan (SCAC) Kedutaan Besar Perancis dan Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) di Indonesia.

Yang menarik, ketika orang berlomba-lomba 'berjuang' memiliki gerbang masuk kantor di Jalan MH Thamrin, jalan protokolnya Jakarta, Kedubes Perancis --tepatnya Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia dan Timor Leste-- malah hanya menjadikannya sebagai alamat saja. Walhasil, kalau sekarang mampir ke website Kedubes Perancis, dan melihat alamat kontaknya, pihak kedubes menambahkan kalimat pendek dalam tanda kurung: Jl. MH Thamrin No 20 (Akses via Jl Sunda) . Atau lebih kongkrit lagi: tak ada gerbang masuk Kedubes Perancis di Jl MH Thamrin. Gerbang masuknya ada di Jalan Sunda, jalan kecil di samping utara, yang memisahkan area kedutaan dengan area gedung Sarinah. Mengapa begitu? Ternyata karena maunya memang begitu: demi sekuriti.

Atau lebih tepatnya lagi, seperti dibilang Vinci Construction Grands Projets, komplek kedubes bermuka dua: satu mengutamakan sekuriti, satu lagi mengutamakan akses publik. Dan yang dimaksud akses publik yang optimal tak lain adalah kehadiran gedung IFI di sisi Jalan MH Thamrin, di area sebelah selatan kompleks kedutaan, bersebelahan dengan Sinarmas Land Plaza (d/h Plaza BII). Walhasil, tak seperti muka kedutaan yang hanya berupa pintu masuk satu orang dan loket penerima tamu, gedung IFI tampil sebagaimana layaknya gedung normal, yang bangga berada di MH Thamrin.