Gedung BPK, Gatot Subroto, Jakarta Pusat

Sejak Rabu lalu hingga Jumat ini, 11 Desember 2015, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sedang menggelar hajatan internasional: 'IDI-Meeting with SAI Management and Key Stakeholders‎', alias pertemuan tahunan The International Organisation of Supreme Audit Institutions (INTOSAI), yang diikuti 17 pimpinan lembaga audit keuangan pelat merah di Asia. Berlangsung di gedung BPK yang baru, yang berketinggian 20 lantai? Ternyata tidak. Mungkin khawatir kejadian November lalu yang menimpa Ahok terulang lagi. Gubernur DKI Jakarta ini harus jalan kaki dari Gedung DPR/MPR, melewati jembatan penyeberangan, agar bisa tepat waktu menghadiri pemeriksaan kasus pembelian tanah RS Sumber Waras di di Gedung BPK.

Berada di Jalan Gatot Subroto, berseberangan dengan kompleks gedung wakil rakyat (DPR, MPR, dan DPD), dan juga gedung Kementerian Kehutanan (Gedung Manggala Wanabhakti), gedung BPK memang berada di jalur macet saat jam masuk dan pulang kerja. Hadir di sana sejak tahun 70-an, gedung BPK yang asli --yang pendek-- menjadi saksi perkembangan kemacetan Jakarta selama beberapa dasawarsa. Adapun gedung anyarnya, yang berlantai 20 (19 lantai dan 1 basement), baru diresmikan pada 16 Mei 2013. Gedung baru ini dikerjakan bersama oleh dua BUMN konstruksi pelat merah, PT Waskita Karya Tbk dan PT Pembangunan Perumahan Tbk, dengan nilai kontrak Rp 90 miliar lebih sedikit. Berlangsung semasa BPK dipimpin Ketua BPK Hadi Purnomo, pembangunan fisiknya dimulai pada 27 September 2011 dan rampung pada 19 Desember 2012.

Meski baru, gedung BPK mungkin tak punya convention hall atau ruang rapat besar. Mungkin ada yang salah dalam merancang kebutuhan ruang gedung. Walhasil, pertemuan para petinggi audit negara kawasan Asia yang sudah disebut tadi harus berlangsung di Crowne Plaza, hotel yang berada tak jauh di sebelah selatannya, berseberangan dengan markas Polda Metro Jaya, dekat jembatan Semanggi. Tapi mungkin juga karena tak ingin kasus Ahok, yang walau terasa lebay, terulang lagi.