Pondok Pesantren Darussalam Eretan Kulon, Indramayu

Di tengah gersangnya jalur Pantura di wilayah Indramayu, Jawa Barat, terbentang lahan seluas 9 hektar yang berpagar tembok dan rimbun ditutupi pepohonan. Terlihat sedikit adanya sosok sejumlah bangunan di balik rerimbunan itu. Kompleks apakah itu? Pintu gerbang yang berada di sisi barat menjadi jawabnya. Komplek nan hijau itu adalah Pondok Pesantren Darussalam Eretan Kulon. Nama Eretan Kulon biasa ditambahkan untuk merujuk nama desa tempatnya berada, yang termasuk Kecamatan Kandanghaur. Imbuhan itu perlu karena banyak sekali pesantren dengan nama sama di jalur pantai utara Jawa Barat itu.

Pondok Pesantren Darussalam Eretan Kulon menggolongkan diri sebagai pondok pesantren modern. Karena 'modern', sekolah yang ada di sana adalah SMP dan SMA Darussalam, bukan Tsanawiyah dan Aliyah. Hal itu memang disengaja untuk memperjelas status 'modern' sang pesantren, dan juga merujuk pada 'induk'-nya: Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo. Meski di papan namanya tak menyebut secara jelas, kabarnya Pontren Darussalam ini memang merupakan 'cabang' resmi pesantren Nahdlatul Ulama yang di Ponorogo itu.

Pesantren asuhan KH Masyhuri Baedlowi MA ini, kalau saja tak tertutupi rindangnya pepohonan, terlihat unik jika dilihat dari jalan raya Pantura. Di pojok sebelah timur biasa terlihat menara warna merah bata bergaya Menara Masjid Banten. Di sebelahnya terdapat masjid yang mengambil sosok Masjid Agung Sang Cipta Rasa, alias Masjid Agung Keraton Kasepuhan Cirebon, alias Masjid Agung Cirebom. Adapun pagar dan gerbang masuk pesantren diilhami oleh pagar dan gerbang Keraton Kanoman Cirebon.

KH Masyhuri Baidlowi, yang alumnus Pondok Pesantren Gontor Ponorogo (1963), serta Universitas Islam Madinah dan Universitas Al-Azhar (Kairo, 1975), membangun pesantren ini pada 2001. Lahan pesantren seluas 9 hektar di jalur pantura itu, yang benar-benar berada di bibir pantai utara Indramayu dan bersebelahan dengan rumah makan Pringseu, merupakan wakaf dari Nur Rohman Ahsan, pegawai Kementerian Keuangan. Sebelum memimpin pesantrennya sendiri, selama 24 tahun KH Masyhuri menjadi pengasuh tetap Pondok Pesantren Darul Rahman di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, serta dosen di berbagai perguruan tinggi Islam.