Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Tak semua bupati memimpin manusia. ''Saya bupati yang memimpin laut,'' kata Ir Hugua, Bupati Wakatobi. Jawaban bernada kelakar itu kerap diutarakan bupati yang hanya punya nama satu kata itu untuk menggambarkan wilayahnya yang 97 persen merupakan laut. Hanya 3 persen dari total luas wilayahnya yang 1,39 juta hektar yang berupa daratan. Dan daratan itu tersebar di beberapa pulau kecil.

Pulau terbesar, Pulau Wangiwangi, jadi tuan rumah bagi sang ibukota dan Bandara Mataharo. Per 1 Maret 2012 ini, Express Air mulai melayani penerbangan dari Bandara Mataharo ke Ambon. Penerbangannya dilakukan dua kali seminggu, Jumat dan Minggu. Tarif untuk waktu penerbangan yang 53 menit itu dipatok Rp 600 ribu.

Kabupaten Wakatobi terbentuk lewat UU No. 29 tahun 2003, bersama Kabupaten Bombana dan Kolaka Utara. Sebagaimana Bombana, Wakatobi merupakan pemekaran dari Kabupaten Buton. Sedangkan Kolaka sebagai pemekaran dari Kabupaten Kolaka. Yang ditetapkan sebagai ibukota Wakatobi adalah kota Wangiwangi (Wangi-Wangi). Nama Wakatobi sendiri sebenarnya singkatan dari nama 4 pulau besar yang ada di sana: Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Adapun dulunya, wilayah Wakatobi dikenal dengan nama Kepulauan Tukang Besi.

Wakatobi terkenal dengan Taman Nasional Laut Wakatobi-nya, yang tak lain merupakan taman laut. Taman Nasional Laut Wakatobi, yang diniatkan menjadi Pusat Penelitian Bawah Laut Dunia, memiliki 750 jenis dari total 850 jenis terumbu karang yang ada di dunia. Wajar kalau kini Wakatobi jadi destinasi wisata selam dan wisata snorkeling. Karena itu pula Hugua amat suka menyebut wilayah kabupatennya sebagai 'surga bawah laut'.

Dengan kekayaan bawah laut yang hebat itu rasanya hanya pecinta lingkungan yang layak memimpin Wakatobi. Dan Hugua memang orangnya. Sebelum menjadi bupati dia memang dikenal sebagai aktivis lingkungan dan ekonomi rakyat. Insinyur agronomi dari Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo ini juga sukses menghadirkan 'Batase', sistem perkreditan rakyat yang merupakan replikasi dari sistem Grameen Bank, di berbagai kabupaten di Sulawesi Tenggara. Kisahnya bisa diikuti lewat dua buku yang ditulisnya: Kaya dan Miskin itu Pilihan dan Surgaisme: Landasan Tata Dunia Baru.

1. Wangi-Wangi
   
2. Wangi-Wangi Selatan
   
3. Kaledupa
   
4. Tomia
   
5. Binongko