//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

Bandara Fatmawati Soekarno, Kota Bengkulu

Rabu, 24 Juni 2015 13:36:48
photo: info publik

''Kalau beliau (Gubernur Bengkulu) mau mengusir saya, bilang saja sama Pak Jonan (Menteri Perhubungan),'' kata Indar Mustopo, Kepala Bandara Fatmawati Soekarno, pada 3 Maret 2015 lalu. Menhub Ignasius Jonan, pada 14 Maret 2015, pun bertandang ke Bengkulu. Bersama Gubernur Junaidi Hamsyah, dia meninjau Bandara Fatmawati Soekarno, bandara utama di Provinsi Bengkulu. Pak Gubernur benar-benar minta Menhub mengusir Indar Mustopo? Entahlah. Yang pasti, mulai 19 Maret 2015, Indar Mustopo digantikan Yufridon Gandoz Situmeang, yang semula menjabat Direktur Akademi Teknik dan Keselamtan Penerbangan Medan.

Saat itu, hubungan kepala bandara dengan gubernur memang sedang tak harmonis. Hal itu bermula dari kedatangan Komisi V DPR RI ke Bengkulu pada 27 Februari 2015 dan Indar Mustopo diminta mempresentasikan masterplan pengembangan Bandara Fatmawati Soekarno. Dalam presentasinya, Indar bilang kalau bandara Bengkulu itu tak mungkin lagi dikembangkan dengan memperpanjang landasan. Yang mungkin dilakukan hanyalah mengembangkan terminal saja. ''Saat ini lahan bandara sudah tidak tersedia. Untuk perpanjangan landasan pacu sepanjang 500 meter sudah tidak mungkin dilakukan lagi,'' kata Indar.

Mendengar hal itu, kontan Gubernur Junaidi Hamsyah berang. Dengan nada keras ia bertanya, ''Berarti bandara ini akan mentok sebatas ini saja dan tidak bisa dikembangkan lagi?''. Indar Mustopo pun mengulang sedikit paparannya dan akhirnya kembali bilang, ''Untuk pengembangannya mungkin hanya di sektor terminalnya saja, Pak Gub.''

Jawaban ini kabarnya membuat gubernur makin marah. Ia menilai semua pejabat di lingkungan Bandara Fatmawati tidak mendukung kemajuan Bengkulu. ''Jika memang demikian, sebaiknya kalian angkat kaki dari Bengkulu,'' kata Junaidi dengan nada tinggi, di hadapan para anggota DPR-RI.

Menurut Junaidi, Pemerintah Daerah Bengkulu sudah menyiapkan lahan pengganti baru untuk pembangunan bandara baru di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu. ''Lahan kita ini luas, anggaran pembebasannya ada. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Seluma sudah menyiapkan lahan baru 1.000 hektare. Kok bisa-bisanya mereka mengatakan jika bandara kita tidak bisa dikembangkan lagi,'' tegas Junaidi.

Fauziah Amrom, anggota Komisi V DPR RI yang menyaksikan peristiwa itu, menilai wajar kemarahan gubernur. Faziah mengatakan, pihaknya menyesalkan pernyataan Kepala Bandara, yang mengatakan Bandara Fatmawati saat ini tidak bisa dikembangkan lagi. ''Wajar kalau gubernur marah. Terlebih lagi saya dengar pemerintah daerah sudah menggelontorkan dana yang besar, namun tidak dimanfaatkan,'' imbuh Fauziah.

Indar Mustopo sendiri belakangan bilang kalau semua itu hanya soal kesalahpahaman saja. Menurutnya, ia mendukung pengembangan bandara Bengkulu. Hanya saja masterplan pembangunan bandara belum ditandatangani Menhub karena masih menunggu surat rekomendasi Walikota Bengkulu Helmi Hasan. Dan soal perintah 'angkat kaki', menurutnya hal itu tidak masalah. ''Kalau beliau (Gubernur Bengkulu) mau mengusir, bilang saja sama Pak Jonan (Menteri Perhubungan),'' kata Indar Mustopo pada 3 Maret 2015.

Dua pekan kemudian, Menhub Ignasius Jonan melakukan kunjungan kerja ke Bengkulu. Ia meninjau Pelabuhan Pulau Baai dan Bandara Fatmawati Soekarno. Pada kesempatan itu ia mengabarkan bahwa APBN 2015 sudah mengalokasikan Rp 50 miliar untuk pengembangan terminal Bandara Fatmawati. Adapun soal perpanjangan landasan, Jonan bilang bergantung kesiapan pemerintah daerah dalam menyiapkan lahan. ''Kalau pembebasan lahan sudah selesai bisa langsung dibangun,'' kata Jonan, Sabtu, 14 Maret 2015.

Senin pekan depannya, Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah secara resmi mengumumkan bahwa dalam kunjungannya Menhub Jonan juga sudah menyetujui rencana perpanjangan landas pacu bandara dari 2.250 meter menjadi 2.800 meter. Dan akhirnya, pada 1 April 2015, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu Rusdi Bakar mengabarkan, Pemprov Bengkulu sudah menyediakan anggaran Rp 4,5 miliar untuk pembebasan lahan perpanjangan bandara.

Sebelum angka Rp 4,5 miliar tadi muncul, sepekan sebelumnya kabar lain sudah beredar: Kepala Bandara Fatmawati Soekarno diganti. Terhitung mulai Rabu, 19 Maret 2015, Indar Mustopo tidak lagi menjabat sebagai Kepala Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu. Ia digantikan oleh Yufridon Gandoz Situmeang SSIT, SE, MM, yang sebelumnya menjabat Direktur Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Medan. Lantas, Indar Mustopo pindah ke mana? Kabar terakhir, ia di-non-job-kan sebagai staf di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Perhubungan Udara, di Curug, Tangerang.

Peta & Citra Satelit

Bandara Bengkulu

Bandara Fatmawati Soekarno
Jl. Raya Padang Kemiling Km 14
Kelurahan Pekan Sabtu
Kecamatan Selebar - 38213
Kota Bengkulu
Bengkulu

Tel: 0736-51040
Fax: 0736-51450

Bandara Padang Kemiling

Bandara Padang Kemiling. Ini nama lama Bandara Fatmawati Soekarno. Nama bandara diganti oleh Presidem Megawati Soekarno pada November 2001, untuk mengenang nama perempuan yang dinikahi Bung Karno semasa pengasingannya di Bengkulu. Fatmawati Soekarno, yang dalam sejarah dikenal sebagai ibu yang menjahit Sang Saka Merah Putih, tak lain adalah ibu kandung Presiden Megawati.

Saat pergantian nama itu, Bandar Udara Fatmawati Soekarno baru memiliki landasan sepanjang 1.800 meter dan lebar 30 meter. Sekarang, menurut catatan Ditjen Hubud, landas pacunya sudah 2.250 meter dengan lebar 45 meter. Sedari dulu, Pemprov Bengkulu sangat ingin punya bandara besar dan sekaligus bandara internasional. Karena itu panjang landasan bandara internasional yang minimal 2.800 meter pun selalu jadi target. Persoalannya, Bandara Fatmawati Soekarno berada di tengah pemukiman di kota Bengkulu. Sehingga, seperti dibilang Indar Mustopo, sudah tak mungkin untuk memperpanjang landasan.

Tahun lalu sempat berkembang kabar kalau bandara Fatmawati Soekarno akan dipindahkan saja ke Kecamatan Sukaraja, di Kabupaten Seluma. Rencananya bandara baru itu akan dibangun di atas lahan yang akan diminta dari PT Perkebunan Negara VII seluas 700 hektar. Juga, Pemkab Seluma sudah menyatakan kesiapannya untuk menyediakan lahan seluas 1.000 hektar. Pembangunannya dijadwalkan dimulai pada 2018. Kalau sudah jadi, bandara lama akan dijadikan Pangkalan TNI-AU. Namun rencana ini November 2014 lalu akhirnya diumumkan pembatalannya. Alasannya, biaya pembangunannya terlalu besar dan juga perlu waktu lama.

Walhasil, kini fokus pengembangan bandara utama Bengkulu kembali ke Bandara Fatmawati Soekarno. Menhub Jonan sudah menyetujui masterplan-nya, dan siap mengucurkan dana perpanjangan landas pacu menjadi 2.800 meter, asalkan pemda bisa menyediakan lahannya. Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah sekarang sudah mengucurkan Rp 4,5 miliar untuk pembebasan lahan. Saat bertemu Menhub Ignasius Jonan, ia bilang lahan akan siap tahun ini dan pengerjaan landasan bisa dimulai tahun depan dengan dana dari APBN 2016.