Gunung Kelud Meletus, Kabupaten Kediri

Gunung Kelud berapi. Kawahnya berwarna hitam. Gambar itu menjadi salah satu unsur pembentuk logo Kabupaten Kediri: perlambang jiwa dinamis revolusioner yang kuat, sentosa dan tak kunjung padam. Kemarin malam, gunung yang makin rajin bergolak itu dinaikkan statusnya menjadi 'awas' pada pukul 21.00. Dan tanpa menunggu lama, hal yang dikhawatirkan tapi sudah diprediksi pun terjadi. Tepat pukul 22.30, Kamis 13 Februari, Gunung Kelud benar-benar meletus. Hujan kerikil dan abu pun menerpa. Untunglah, meski tetap kocar-kacir, masyarakat Kediri terbilang 'sudah siap'. Posko terpadu di Kantor Kecamatan Ngancar, yang jadi sentra monitor aktivitas Gunung Kelud, sudah bersiaga sejak beberapa bulan terakhir. Termasuk tiga desa di sana, yang diprediksi bakal jadi sasaran awal tumpahan isi perut Kelud: Desa Sugihwaras, Desa Sempu, dan Desa Babatan.

Gunung setinggi 1.731 meter itu (bandingkan: Gunung Sinabung 2.460 meter) sebenarnya bukan 'monopoli' kabupaten Kediri. Gunung yang pernah meletus pada 1990 ini, yang kawahnya menganga di sisi Barat, posisinya berada di tengah-tengah atau dipersilangan 7 kabupaten dan kota: Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu. Walhasi, ketika semalam meletus, warga di ketujuh kabupaten dan kota itu ikut siap siaga. Untunglah, seperti dilaporkan banyak warga, hujan abu Gunung Kelud bertiup ke arah Barat dan Utara: ke arah Kota Kediri, Blitar, dan terus Yogyakarta dan Jawa Tengah (hingga ke Purwokerto). Sementara ke utara, warga Kota Batu dilaporkan disiram abu telbal, dan abu tipis sudah mencapai Surabaya. Adapun yang ke timur, hujan abu dikabarkan tak terlalu tebal. Warga Kepanjen, ibu kota Kabupaten Malang bilang, ''abunya tak sebetal letusan 1990.''