//EMPTY DIV!!
//EMPTY DIV!!

Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Kali Adem

Rabu, 28 Nopember 2012 15:21:38
photo: akimlay / panoramio

Berapa lama perjalanan laut dari Jakarta ke Kepulauan Seribu? ''Perlu 2 hari untuk pergi dari Kepulauan Seribu ke Pelabuhan Donggala,'' kisah FauziBowo.Com, website resmi mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Tapi itu dulu, tahun 60-an, saat kegiatan pelayaran dan penyeberangan dari Kepulauan Seribu ke Pelabuhan Donggala (sekarang Pelabuhan Tanjung Priok), baru mulai menggeliat. Perlu waktu tempuh lama karena yang dulu dipakai adalah perahu layar, yang amat bergantung pada tiupan dan arah angin. Adapun nama Pelabuhan Donggala dipetik dari nama Jalan Donggala (Donggalweg), Koja Utara, bukan untuk menyebut Pelabuhan Donggala di Sulawesi Tengah.

Pada 1980-an, waktu tempuh itu bisa dipangkas menjadi 6 jam, ketika kapal mesin 15 GT mulai digunakan. Tapi perjalanan kapal itu belum reguler, masih bergantung ada-tidaknya penumpang dan barang yang akan diangkut. Baru sepuluh tahun kemudian, 1990-an, warga dan pengusaha Kepulauan Seribu mengembangkan angkutan reguler dengan kapal kayu, atau yang sekarang disebut sebagai kapal ojek, alias kapal tradisional yang beroperasi tanpa izin kelautan resmi. Pelabuhan yang dituju pun bukan pelabuhan Tanjung Priok lagi, melainkan Pelabuhan Mauk dan Pelabuhan Kronjo di Tangerang, Banten.

Melihat kesibukan transportasi laut itu, PT Angkutan Sungai Danau, dan Penyeberangan (ASDP) pun tertarik untuk terlibat. Pada 1996 BUMN itu membuka rute reguler ke empat pulau di Kepulauan Seribu: Pulau Kelapa, Pramuka, Tidung, dan Untung Jawa. Rute itu dilayani Kapal Betok, yang bisa menuntaskan perjalanan dalam waktu 4 jam dan sandar di dermaga Marina, Taman Impian Jaya Ancol. Kapal ojek tergusur? Ternyata, Betok yang terseok. Terlebih setelah kapal ojek mulai merapat di Pelabuhan Perikanan Muara Angke pada 1998. Betok pun lantas mencoba berkelit dengan pindah ke Pelabuhan Sunda Kelapa, yang bertetanggaan dengan Pelabuhan Perikanan Muara Angke. Tapi itu tak menolong. 'Ikan Betok' penelan dana APBN itu harus terkapar. ASDP menghentikan operasi Kapal Betok pada awal 1999.

Pada 2001, wilayah Kota Administratif Jakarta Utara dimekarkan. Kepulauan Seribu menjadi kabupaten baru, sekaligus satu-satunya kabupaten di Provinsi DKI Jakarta. Walhasil, transportasi penghubung yang sungguhan, non-ojek, pun dirasa kian dibutuhkan. Dinas Perhubungan DKI, yang selama ini jadi pengatur, lantas terjun sebagai operator kapal. KM Lumba-lumba 1 dan 2 yang berkapasitas 60 tempat pun duduk diluncurkan pada 2004. Merasa sukses, setahun kemudian 6 kapal cepat pun berkursi 24 pun diluncurkan: Kerapu 1 hingga Kerapu 6. Mengggunakan dermaga Marina, Ancol, kehadiran kapal ini membuat kapal ojek sulit bernapas. Tapi, itu tak lama. Setahun kemudian, 2006, akibat mis-manajemen, kapal-kapal milik Pemprov DKI Jakarta itu lebih banyak jadi penghias dermaga Marina Ancol.

Belakangan, 'kapal-kapal pemda' itu kembali beroperasi. Dan lebih serius lagi, Pemprov DKI melengkapinya dengan membangun pelabuhan baru yang diniatkan seratus persen melayani warga Kepulauan Seribu dan wisatawan yang kian gencar mendatangi aneka pulau di Kepulauan Seribu. Maka, pada Januari 2012 pun Gubernur Fauzi Bowo meresmikan pengoperasian Pelabuhan Muara Angke (tanpa kata 'perikanan'), sebagai pelabuhan penyeberangan ke Kepulauan Seribu. Seluruh kapal Pemrov DKI pun lantas secara resmi 'pindah pangkalan' dari dermaga Marina di Taman Impian Jaya Ancol ke Pelabuhan Mura Angke. Pelabuhan ini berada tepat di samping barat Pelabuhan Perikanan Muara Angke, yang selama ini digunakan kapal ojek Kepulaun Seribu. Kapal ojek bakal kalah?

Peta & Citra Satelit

Pelabuhan Kapal Ojek

Pelabuhan Muara Angke
Jalan Muara Angke
Kampung Kali Adem
Kelurahan Pluit
Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara



Pengelola:
UP Angkutan Perairan dan Kepelabuhanan
Dinas Perhubungan DKI Jakarta
Jalan Taman Jatibaru No. 1
Tanah Abang - Jakarta Pusat
Tel/Fax: 021-3501349, 3848687

Website: http://dishub.jakarta.go.id


Link:
Pelabuhan Perikanan Muara Angke
UPT PKPP & PPI Muara Angke
Dinas Kelautan dan Pertanian
Pemprov DKI Jakarta

Website: www.muara-angke.com

Kawasan Pembangunan Terpadu Muara Angke

Niatan Pemprov DKI Jakarta membangun Pelabuhan (Penumpang) Muara Angke terbilang sudah lama. Hal ini dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 125 tahun 1995 tentang Pembangunan Dermaga Penyeberangan Ke Pulau Seribu. Selain untuk penyeberangan, pelabuhan atau dermaga di sebelah Pelabuhan Perikanan Muara Angke itu diniatkan pula sebagai 'pangkalan' kapal-kapal operasional milik Pemprov DKI Jakarta.

Entah apa sebabnya, baru 7 tahun kemudian SK itu dijalankan. Pada 2002, proyek di atas lahan seluas 3,4 hektar itu dimulai dengan membangun tanggul pemecah ombak (break water) sepanjang 150 meter. Pada 2004, break water itu diniatkan untuk diperpanjang hingga hampir 10 kali lipat atau 1,4 kilometer. Sejak itu, proyek Muara Angke pun diperserius lagi dengan menelurkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1256 tahun 2006 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Terpadu Muara Angke.

Akhirnya, pada 5 Januari 2012 lalu, Gubernur Fauzi Bowo pun meresmikan pelabuhan yang bisa menampung 50 kapal berukuran di bawah 50 GT, yang pembangunannya menghabiskan dana sekitar Rp 150 miliar. Peresmian itu menandai pula kepindahan seluruh kapal penyeberangan milik Pemprov DKI yang selama ini sandar di dermaga Marina, Taman Impian Jaya Ancol, bersama ratusan kapal pesiar, yacht, dan kapal pancing milik swasta dan pribadi. Sekedar catatan: Taman Impian Jaya Ancol sebagian sahamnya memang dimiliki Pemprov DKI.

Nama resmi pelabuhannya, seperti yang disebutkan saat peresmian, dan juga seperti tertera di papan nama, adalah Pelabuhan Muara Angke. Nama ini --tanpa kata perikanan-- sama dengan sebutan populer bagi Pelabuhan Perikanan Muara Angke, yang sudah lebih dulu ada, dan memang berada di satu kawasan dan bersebelahan langsung. Boleh jadi karena itulah belakangan, mungkin demi menghindari kerancuan, banyak orang dan juga media massa lebih suka menyebutnya sebagai 'Pelabuhan Kaliadem' atau 'Pelabuhan Kali Adem'. Nama ini --yang mirip nama kampung tetangga Mbah Maridjan di Yogya yang jadi tempat pemantau Gunung Merapi-- dipetik dari nama kampung nelayan tempatnya berada: Kampung Kaliadem. Pelabuhan Perikanan Muara Angke pun dipetik dari nama kampung nelayan Muara Angke yang jadi lokasinya. Meski beda kampung, secara resmi keduanya berada di kelurahan yang sama: Kelurahan Pluti, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Untuk melengkapi Pelabuhan Muara Angke, pada 5 Agustus 2012 lalu, Gubernur Fauzi Bowo meresmikan dua jembatan di kawasan Pluit yang jadi penunjang Pelabuhan Muara Angke, yakni Jembatan Pluit Utara dan Jembatan Muara Angke. Jembatan Pluit Utara, yang berada dekat PLTU Muara Karang, dibangun untuk menghubungkan Pluit dan Muara Angke. Sementara Jembatan Muara Angke dibangun untuk menghubungkan kawasan Pelabuhan Muara Angke dan Muara Karang. Biaya pembangunan kedua jembatan berbeda jauh: Jembatan Pluit Utara berbiaya Rp 11 miliar, sementara yang satunya lagi hanya Rp 2,2 miliar.

Sejak peresmian, kisruh di Pelabuhan Muara Angke sudah mulai terdengar. Penyebabnya tak lain 'diabaikan'-nya keberadaan kapal ojek yang selama ini setia melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu. Mereka tak diperkenankan masuk ke kawasan pelabuhan karena dianggap tak layak sandar disana, dengan alasan kapal rakyat itu tak memenuhi kelayakan kelautan, terutama soal keselamatan. Buntutnya, berbagai protes dan demo --termasuk dengan mengerahkan kapal-- pun kerap terjadi. Baru pada Oktober lalu terdengar sedikit kabar segar. 3 dari 38 kapal ojek boleh masuk Pelabuhan Muara Angke. Itu pun dengan status uji coba, setelah mereka memenuhi sejumlah standard keselamatan perjalanan laut. Adapun kapal lainnya masih harus umpek-umpekan dengan ratusan kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Muara Angke.

Seberapa maniskah bisnis angkutan laut Muara Angke-Kepulauan Seribu itu? Saat meresmikan pelabuhan, Fauzi Bowo mengungkapkan: sebelum ada pelabuhan penyeberangan, jumlah penumpang ke Kepulauan Seribu yang berangkat dari Pelabuhan Perikanan Muara Angke mencapai 26 ribu orang per tahun. Sedangkan jumlah wisatawan ke Kepulauan Seribu, yang berangkat dari Muara Angke maupun Marina Ancol, per minggunya mencapai 5.000 orang.

Pemkab Kepulauan Seribu punya data dan proyeksi lebih fantastis. Pada 2010, tercatat 217.367 wisatawan mengunjungi pulau-pulau wisata pemukiman di Kepulauan Seribu: 210.524 wisatawan lokal dan 6.852 wisatawan asing. Pada 2011, jumlahnya melonjak drastis menjadi 558.908 orang: 554.615 wisawatan lokal dan 4.293 wisatawan asing. Karenanya, Pemkab Kepulauan Seribu menargetkan tahun 2012 ini jumlah wisatawan bisa mencapai 1 juta orang.
Bisnis menguntungkan modal kecil
Places TerdekatKm
Pelabuhan Perikanan Muara Angke 0,430
PLTU Muara Karang, Pemasok Listrik Istana Presiden 1,855
Regatta, Burj Al Arab van Muara Angke 2,508
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman 3,363
Satelit Palapa - Master Control Station 5,608
Mal Ciputra, S Parman, Jakarta Barat 7,313
WTC Mangga Dua 7,344
Taman Impian Jaya Ancol 7,655
Pabrik Kertas Babelan 8,463
RSUD Tarakan, Cideng, Jakarta Pusat 8,577
Hotel TerdekatKm
The Jayakarta SP Jakarta Hotel & Spa, Hayam Wuruk, Jakarta Barat 6,937
Discovery Ancol Hotel, Taman Impian Jaya Ancol 7,006
Mercure Jakarta Kota Hotel, Hayam Wuruk, Jakarta Barat 7,077
Hotel Ciputra - Jakarta 7,278
Hollywood Hotel, Jakarta Barat 7,447
Peninsula Hotel, Mangga Besar, Jakarta Barat 7,598
Hotel 88 Mangga Besar 62, Mangga Besar, Jakarta Barat 7,614
Orchardz Hotel Jayakarta, Jakarta Pusat 7,677
TravellerS Hotel Jakarta, Pangeran Jayakarta 8,117
Business Hotel, Tomang Raya, Jakarta Barat 8,546

Sewu Kuto Logistik
Mengirim kargo ke ribuan kota di Indonesia. Cepat, aman, dan terjangkau.

Jadwal dan Tiket Kapal Pelni
Jadwal komplit seluruh kapal Pelni, plus info harganya

Upaboga
Makan itu enak. Bisnis makanan pasti lebih maknyus.