Redtop Hotel, Pecenongan, Jakarta Pusat

Baru punya mobil mewah seharga beberapa miliar, banyak pengacara yang sudah pamer sana-sini. Bagaimana dengan pengacara yang punya hotel bernilai Rp 324 miliar lebih? Pengacara jenis terakhir ini tenang-tenang saja. Tak berisik. Pengacara yang dimaksud tak lain adalah Lucas, SH, CN, bos kantor hukum Lucas SH & Partners, yang kantornya mewakili Setya Novanto dalam kasus 'Papa Minta Saham' dan Jessica Wongso dalam kasus 'Pembunuhan Mirna'. Dan 'Business Lawyer of The Year 2002' inilah yang jadi pemilik Redtop Hotel & Convention Center, hotel bintang 4 di Jakarta Pusat.

Redtop Hotel & Convention Center bukan hotel baru. Hotel 15 lantai ini --yang sesuai namanya beratap kubah warna merah-- sudah hadir sejak 1995 di lahan seluas 8.205 meter persegi di Jalan Pecenongan, Jakarta Pusat. Luas bangunan hotel yang mencapai 42.461 meter persegi memuat tak kurang dari 390 kamar dan suite. Rinciannya: 210 Superior Room, 140 Deluxe Room, dan 40 Suite. Tingkat hunian hotel ini pada 2016 tercatat sebesar 51,55 persen atau sedikit turun dari tahun sebelumnya yang 52,59 persen. Meski begitu, setelah Jokowi merevisi larangan rapat di hotel, pendapatan hotel ini meningkat menjadi Rp 82,69 miliar pada 2016, dari tahun sebelumnya yang Rp 79.79 miliar. Penyumbang pendapatan terbesar pada, seperti terbaca pada laporan tahunan PT Arthavest Tbk edisi 2016 (terakhir), adalah kamar hotel (Rp 40,40 miliar) dan usaha makanan dan minuman (Rp 38,88 miliar).

Lucas, SH, CN (Calon Notaris atau Magister Notariat) memiliki Redtop Hotel lewat PT Arthavest Tbk. Di perusahaan publik ini, menurut laporan tahunan PT Arthavest Tbk 2016, Lucas menjadi pemegang saham mayoritas: 73,14 persen. Sisanya dimiliki Citibank Singapura (19,56 persen) dan masyarakat (7,3 persen). PT Arthavest Tbk, perusahaan pialang saham yang banting setir menjadi perusahaan investasi sejak 2011, menjadikan Redtop Square Hotel sebagai satu-satunya aset utama perusahaan. Tidak dimiliki secara langsung, tapi lewat kepemilikan mayoritas, 51 persen saham, di PT Sanggraha Dhika, sang pemilik dan pengelola hotel. Sebagai aset utama, otomatis cerita tentang Redtop Hotel selalu memenuhi laporan tahunan PT Arthavest Tbk. Aset utamanya ini sekarang ditaksir bernilai Rp.324,83 miliar.

PT Arthavest Tbk lewat RUPLSB 16 Maret 2011, direstui membeli 51 persen saham PT Sanggraha Dhika dari Diamond Magic Enterprises Ltd (Seychelles), seharga Rp 87 miliar. Per 1 Agustus 2011 transaksi akusisi itu selesai dan PT Arthavest Tbk menjadi pemilik sah PT Sanggraha Dhika dan Redtop Hotel. Lucas, SH, CN, senang dengan transaksi itu? Tentu senang. Tapi, pada laporan tahunan PT Arthavest Tbk 2011, nama Lucas masih belum muncul dalam daftar pemilik. Meski begitu, sejak 2011 laporan tahun PT Arthavest Tbk selalu memunculkan nama Nur Asiah, salah seorang pengacara yang jadi partner di Lucas SH & Partners, sebagai komisaris independen.

Nama Lucas, SH, CN baru muncul dalam daftar pemegang saham pada laporan tahunan PT Arthavest Tbk 2015, dengan kepemilikan sebesar 5,14 persen. Kepemilikannya itu membuat saham masyarakat berkurang dari semula 12,44 persen menjadi hanya 7,3 persen. Pada laporan tahunan 2016, saham yang dimiliki Lucas sudah melejit menjadi 73,14 persen. Dan yang terbaru, menurut laporan keuangan konsolidasi interim kuartal III 2017, kepemilikan Lucas naik lagi menjadi 92,7 persen. Saham sisanya tetap milik masyarakat. Soal bagaimana lonjakan itu bisa terjadi, tidaklah terlalu jelas ceritanya. Mungkin, Lucas, SH, CN, sebagai pengacara yang jadi Business Lawyer of The Year 2002 versi majalah Kapital, mau bercerita di lain waktu.