News
Selasa, 25 Oktober 2011 - 21:13 WIB

Bupati Puncak Jaya nyatakan siap mati demi NKRI

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KORBAN SERANGAN -- Jenazah Kapolsek Mulia, AKP Dominggus Awes, diusung personel Polri menuju pesawat yang akan membawanya ke Jayapura dari Bandara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Selasa (25/10/2011). Dominggus tewas setelah diserang anggota kelompok sipil bersenjata yang saat ini juga tengah aktif di wilayah itu. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

KORBAN SERANGAN -- Jenazah Kapolsek Mulia, AKP Dominggus Awes, diusung personel Polri menuju pesawat yang akan membawanya ke Jayapura dari Bandara Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Selasa (25/10/2011). Dominggus tewas setelah diserang anggota kelompok sipil bersenjata yang saat ini juga tengah aktif di wilayah itu. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Mulia (Solopos.com) – Bupati Puncak Jaya, Papua, Lukas Enembe mengatakan dirinya siap mati demi membela Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Silakan kelompok pengacau keamanan yang kriminal itu datang dan tembak saya. Saya tidak akan ke luar atau lari dari rumah,” katanya Selasa (25/10/2011) malam menanggapi aksi teror dan pembunuhan oleh kelompok sipil besenjata di Kota Mulia, Ibukota Kabupaten Puncak Jaya.
Advertisement

Menurut Lukas Enembe, aksi kelompok sipil bersenjata yang menewaskan Kapolsek Mulia AKP Dominggus Awes, temannya semasa SD dan SMP, serta pembakaran Kantor Ketahanan Pangan, merupakan perbuatan yang sudah keterlaluan. “Saya tadi sore sempat menyuruh para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk meminta kelompok sipil bersenjata yang berusaha menyerang Kota Mulia untuk mundur, namun mereka mengaku akan kembali menyerang besok,” ujarnya.

Lukas Enembe yang ikut mencalonkan diri sebagai Gubernur Papua 2011-2016 menegaskan, Puncak Jaya adalah bagian NKRI. Ini sudah final sehingga tidak ada satu pihak pun yang bisa membantahnya. “Kita ini NKRI, dan NKRI adalah harga mati. Jadi, kalau mau silakan bunuh kami semua, dan itu berarti akan berhadapan dengan negara,” ujarnya.

Lukas Enembe juga mengaku telah meminta aparat TNI/Polri yang ada di kabupaten ini untuk meningkatkan kewaspadaannya dalam menghadapi kelompok sipil bersenjata dan mengantisipasi kemungkinan munculnya kekacauan yang dilakukan kelompok tersebut. Menurut dia, lokasi dan topografi Kabupaten Puncak Jaya yang dikelilingi perbukitan dan gunung tinggi serta cuaca yang terus berubah, membuat kelompok sipil bersenjata selalu bisa meloloskan diri setelah beraksi. “Kita harus amankan Kota Mulia ini dari aksi saudara kita yang masih berbeda ideologi itu,” ujarnya.

Advertisement

Menyinggung kemungkinan penyisiran atau operasi militer oleh aparat keamanan untuk mengejar kelompok sipil bersenjata itu, Lukas Enembe mengaku hal itu bisa saja dilakukan, namun perlu ada pembicaraan lebih mendalam dengan TNI/Polri. “Selama ini memang kita terus melakukan pendekatan persuasif kepada mereka. Saya atas nama pemerintah mengutuk tindakan biadab mereka,” ujarnya.

Bupati Lukas Enembe pada kesempatan itu juga menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga AKP Dominggus Awes yang menjadi korban kelompok sipil bersenjata. Kapolsek Mulia AKP Dominggus Awes tewas ditembak di bagian kepala oleh kelompok sipil bersenjata di Bandara Mulia pada Senin (25/10/2011) pagi.

Aparat keamanan masih terus melakukan pengamanan di lokasi penembakan dan mengejar kelompok tersebut di kawasan pegunungan. Sejak Selasa pagi hingga petang suara tembakan masih terus terdengar. Kelompok sipil bersenjata bahkan membakar Kantor Ketahanan Pangan di daerah Wonde Goak. Kabupaten Puncak Jaya adalah salah satu daerah administratif baru yang terletak di Pegunungan Papua. Pada 8 Oktober lalu daerah ini genap berusia 15 tahun. Daerah ini sulit dijangkau, cuacanya relatif ekstrem seperti daerah di pegunungan Papua lainnya, sehingga membuat Puncak Jaya hanya bisa dijangkau dengan penerbangan perintis oleh pesawat berukuran kecil.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Ant

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif