... guru juga menghindari hukuman secara fisik pada anak-anak yang melakukan kesalahan dan lebih mengedepankan upaya dan pendekatan yang lebih komunikatif sehingga membuat anak merasa nyaman...
Magelang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Delegasi dari 11 negara peserta pelatihan pendidikan ramah anak angkatan ke-21 yang diselenggarakan Lund University Swedia mengunjungi SMP Negeri 1 Tempuran Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis.

Delegasi dari 11 negara itu, yakni Kamboja, China, Mesir, Ethiopia, Malawi, Namibia, Afrika Selatan, Tanzania, Vietnam, Zambia, dan Indonesia.

Para delegasi tersebut berkesempatan mempraktikkan ilmu yang diperoleh saat pelatihan selama sebulan di Lund University Swedia untuk mengajar para siawa di sekolah itu. Mereka masuk kesembilan kelas model ramah anak.

Mereka ada yang membentuk kelompok-kelompok belajar, ada pula yang mengajarkan permainan pada siswa agar mereka senang dan tertarik belajar.

Kepala SMPN 1 Tempuran, Umi Hidayati mengatakan sekolahnya memulai program pendidikan ramah anak sejak 2011. Awalnya dia mengajukan proposal ke Lund University Swedia sebagai inisiator program tersebut, kemudian mendapat pelatihan gratis di Swedia.

"Saya masuk pelatihan angkatan ke-13. Hal ini merupakan program rutin Lund University Swedia bersama UNESCO. Ilmu yang kami dapat di Swedia itu kami bawa ke sekolah untuk diterapkan pada anak didik," katanya.

Ia menjelaskan inti dari sekolah ramah anak adalah pihak sekolah memberikan semua hak anak secara penuh, serta pengelolaan kelas dan sekolah. Program ini juga ada kaitannya dengan desa ramah anak dan kabupaten ramah anak yang dicanangkan pemerintah.

"Pada program itu menerapkan 3 P, yakni provisi, perlindungan, dan partisipasi dalam model sekolah ramah anak ini," katanya.

Ia menuturkan provisi yakni dengan memberikan hak anak secara penuh. Perlindungan berarti pihak sekolah memberikan perlindungan pada siswa, seperti dengan penjagaan satpam dan polisi di lingkungan hingga depan sekolah untuk meneyebarangkan anak agar anak merasa aman dan nyaman.

"Di dalam kelas, kami terapkan agar anak bisa bersikap ramah dengan sesama teman dan guru, guru juga ramah pada anak didiknya dan sesama guru. Jadi anak jangan sampai bertengkar dengan temannya di kelas maupun dengan sekolah lain," katanya.

Ia mengatakan guru juga menghindari hukuman secara fisik pada anak-anak yang melakukan kesalahan dan lebih mengedepankan upaya dan pendekatan yang lebih komunikatif sehingga membuat anak merasa nyaman.

Kemudian partisipasi, yakni dalam proses belajar mengajar guru harus melibatkan partisipasi siswa sehingga guru tidak memberi ceramah terus menerus saat mengajar. Termasuk dalam memilih warna cat untuk ruang kelas juga didiskusikan dengan siswa agar membuat mereka senang dan nyaman. 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015