Soloraya
Kamis, 13 Maret 2014 - 03:15 WIB

KESEHATAN MASYARAKAT : Jumlah Rumah Tak Berjamban Tembus 24.712 Unit

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/HARIAN JOGJA/DESI SURYANTO TRADISI PADUSAN--Anak-anak warga Kwarasan Wetan melaksanakan tradisi Padusan (mandi sebelum menunaikan ibadah puasa) di aliran Kali Oya Dusun Kwarasan Wetan, Kedung Keris, Nglipar, Gunungkidul, Minggu (31/7). Sebagian besar warga Gunungkidul tetap mengandalkan aliran air sungai dan telaga dan bak tadah hujan sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari, tak terkecuali dalam melaksanakan tradisi padusan.

Solopos.com, SUKOHARJO--Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo mengakui masih ribuan rumah di Kota Makmur yang belum memiliki jamban.

Bahkan berdasar data DKK tercatat jumlah rumah yang belum berjamban mencapai 24.712 unit. Upaya menyelesaikan masalah tersebut terganjal kecilnya anggaran pemasangan jamban yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sukoharjo.

Advertisement

Kepala DKK Sukoharjo, Guntur Subiyantoro, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (12/3/2014), mengatakan, tahun ini hanya ada program pemasangan jamban untuk 255 rumah. Bahkan dari jumlah itu, 155 unit jamban akan dipasang di satu lokasi yakni Desa Gentan, Bulu.

“Tahun ini akan ada kegiatan di Bumi Perkemahan Bakti Husada Bulu. Sehingga dari 255 unit jamban, 155 di antaranya akan dipasang di rumah-rumah warga sekitar bumi perkemahan. Rumah-rumah warga ini akan dijadikan home stay kontingen kegiatan,” terang dia.

Sedangkan Sanitarian Bidang P2PL DKK Sukoharjo, Kurniati, saat ditemui Espos di kantornya, Rabu siang, menguraikan, jumlah rumah warga di 12 kecamatan di Kota Makmur tercatat 213.823 unit. Dari jumlah itu baru 189.111 rumah yang sudah dilengkapi jamban.

Advertisement

Artinya, dia melanjutkan, masih ada 24.712 rumah warga yang belum memiliki jamban hingga saat ini. Penghuni rumah yang belum mempunyai jamban membuang hajat mereka di jamban komunal warga, jamban bersama keluarga, di sungai, kebun dan hutan.

Menurut Kurniati, perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di sungai, kebun, pekarangan dan hutan sangat berpotensi menyebarkan penyakit diare. “Bukan saja rentan menyebarkan penyakit diare untuk pelaku BABS tapi juga masyarakat sekitarnya,” terang dia.

Disinggung ketersediaan jamban komunal di Sukoharjo, Kurniati menjelaskan, baru sekitar 24 unit. Jamban komunal tersebar di wilayah Kecamatan Weru satu unit, Sukoharjo dua unit, Mojolaban lima unit, Grogol lima unit, Baki lima unit dan Kartasura enam unit.

Advertisement

Sedangkan Camat Mojolaban, Basuki Budi Santoso, kepada solopos.com melalui telepon seluler, mengakui masih ada warganya yang belum menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Warga yang belum memiliki jamban memilih buang hajat di sungai atau kali.

Seperti yang dilakukan warga yang tinggal di pinggiran Sungai Bengawan Solo. Biasanya, Camat menjelaskan, warga yang sedang buang hajat di Sungai Bengawan Solo bisa dilihat dari Jembatan Mojo. “Kalau di Mojolaban kota banyak yang punya jamban,” tegas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif